Rabu, 29 Februari 2012

Ketika Eigenrichting Mewabah Salah Siapa


Aksi pembacokan terhadap Jaksa Sistoyo (mantan jaksa Kejari Cibinong), jaksa yang diduga menerima suap, mengingatkan saya pada film “Seeking Justice” yang dibintangi Nicolas Cage. Ketika masyarakat merasa muak atas kecarutmarutan hukum, ketidakamanan lingkungan sosial, skeptic terhadap aparat penegak hukum beserta sistem yang diterapkan di negara ini maka jalan yang ditempuh adalah menerapkan keadilan dalam versinya masing-masing, main hakim sendiri (eigenrichting).

Hakim, Jaksa, Polisi, dan Advokat dikenal sebagai catur penegak hukum. Merekalah pilar yang dianggap berperan penting dalam upaya menegakkan hukum namun fakta yang terjadi tidak sedikit dari mereka yang justru bermain-main dengan kewenangan mereka. Sebut saja hakim, kewenangannya untuk memutuskan suatu perkara adalah hal mahal jika ditukarkan dengan uang. Pengalaman saya pernah bersinggungan dengan hakim yang menawarkan isi putusan beberapa saat menjelang agenda sidang pembacaan putusan. Alhasil putusan sidang yang dikeluarkan pun tidak lagi bertolak dari fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan namun justru bergantung pada jumlah amplop yang ditawarkan para pihak. Banyak scenario-scenario yang disusun untuk menghasilkan putusan persidangan yang memberikan keuntungan financial bagi penegak hukum.

Tidak hanya hakim, ketika berbicara mengenai kewenangan jaksa pun, sarat dengan penyalahgunakan kewenangan. Bagi para praktisi hukum ataupun masyarakat yang pernah berurusan dengan hukum secara institusi tentunya paham betul ada harga yang harus dibayar untuk setiap tindakan yang diambil. Jual beli isi tuntutan pun bukan lagi hal baru dalam praktek hukum, tidak sedikit surat kabar yang menguak hal ini. Bahkan jaksa yang menanggung hukuman atas hal tersebut pun telah ada, sebut saja Jaksa Urip Tri Gunawan yang telah mendapat vonis 20 tahun atas suap yang diterimanya dalam kasus BLBI.

Dalam konstitusinya, Indonesia disebut sebagai negara hukum. Hal yang sangat ironis jika diperbandingkan dengan kondisi riilnya. Penegak hukum yang dulu dipandang berstatus mulia, problem solver for law case saat ini benar-benar kehilangan muka-kehilangan tanduk untuk melawan kejahatan. Penyelewengan kewenangan yang sudah sistemik tersebut menjadi peluang ampuh bagi para pemegang kekuasaan baik di lembaga legislative maupun eksekutif di negeri ini untuk meraih kekayaan demi memanjakan keluarganya. Seakan makan 3x sehari, berbelanja 1x sebulan, dan tidur di kasur tidak lagi cukup bagi mereka. Seakan berbelanja di Tanah Abang atau pasar grosir di kota-kota lain menjadi hal memalukan bagi mereka. Tolak ukur penilaian harkat dan martabat manusia saat ini memang telah benar-benar bergeser. Bukan lagi berdasarkan kapasitas diri namun lebih pada brand fashion, lebih pada penampilan fisik. Akibatnya korupsi pun menjadi jamur yang tumbuh subur menghinggapi setiap aspek, mulai dari kepala hingga kaki.
Mahasiswa yang sejak mengikuti masa orientasi telah di”cuciotak” bahwa mereka adalah agent of change yang dibebani tanggung jawab untuk merubah kondisi sosial, merubah sistem yang buruk pun tak mampu melawan arus terlalu lama. Tahun pertama pengabdian mereka di lingkungan pemerintahan bisa saja berlangsung dengan baik namun selanjutnya…hanya mereka dan Tuhan lah yang tau, tentunya beserta PPATK, BPK, dan KPK (aah..semua yang berhubungan dengan keuangan memang membawa nikmat sekaligus kengerian, terutama jika bersinggungan dengan kata pemeriksaan). Maka headline surat kabar maupun media elektronik yang menggaungkan rekening gendut PNS muda bukan lagi hal mengejutkan. Mengingat kompetisi di antara pendaftar PNS tidak saja ditentukan dari kualitas otak namun juga kualitas dompet, maka kerja keras demi balik modal pasca diterima pun menjadi harga mati. Yah..saya percaya diantara beribu PNS di negeri ini masih ada yang melangkah dengan kejujuran dan perjuangan kualitas diri, dan saya berharap kalian tetap pada pendirian untuk melawan arus.

Maka ketika terjadi “eksekusi jalanan” atas keadilan yang tidak tercapai apakah menjadi kesalahan mutlak pelaku. Saya lebih memilih untuk melihat sudut pandang mereka, walaupun sepatutnya tidak ada pembenaran atas tindakan main hakim sendiri, namun berangkat dari kemuakan masyarakat atas kecarutmarutan negeri ditambah kegeraman akibat tidakmampu untuk melakukan apapun, saya dapat memakluminya. *Dengan catatan : keadilan tetap harus ditegakkan*

Eigenrichting yang saat ini mulai marak dan menjadi trend harusnya menjadi titik balik penegak hukum untuk kembali menjunjung kejujuran dan totalitas pengabdian. Dimulai dari mereka diharapkan dapat membawa perubahan bagi tikus-tikus berdasi yang masih juga belum puas menggerogoti negeri ini. Mereka bukan sekedar harus dibuat kapok, tapi harus dimatikan hingga akarnya.

Pekerjaan rumah besar memang, serasa mustahil tapi bukan berarti tidak mungkin. Pekerjaan rumah bagi kita masyarakat secara umum tentunya dengan memperdalam ilmu agar tidak lagi salah memilih pemimpin. Citra pemimpin yang dipilih juga merupakan cerminan dari pemilihnya. Buka mata, telinga bahkan hidung lebar-lebar agar jangan sampai tertipu oleh tipu daya pencari suara.

Selasa, 21 Februari 2012

Mencintaimu adalah Suatu Keharusan yang Menyenangkan

Mencintaimu adalah suatu keharusan yang menyenangkan
Mencari cinta tak kan lagi indah
Hadirmu yang menabur warna
Dalam crita ini tak kuharap sebuah akhir
dan kini kau pergi tak kembali.

Bahagiaku menikmati senyummu
Menjawantah ke dunia penuh aksara
Hanya kata cinta yang kau ramu
Menghadirkannya padaku mengisi asa

Mencintaimu adalah suatu keharusan yang menyenangkan
Bahkan lebih...

Rabu, 15 Februari 2012

Aneh! Perda Dicabut Dijalan

Rabu, 15 Februari 2012 kemarin cukup ramai di Surabaya terutama kawasan DPRD Surabaya dan Balai Kota karena ribuan buruh dan sopir angkot melakukan demo besar-besaran. salah satu tuntutan mereka adalah Pencabutan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 dan Peraturan Walikota yang menjadi peraturan pelaksana perda tersebut.

Yang menarik bagi saya bukanlah masalah substansi perda yang menimbulkan gejolak bagi supir2 angkot tersebut namun lebih pada respon yang diberikan oleh Walikota Surabaya. Bagaimana tidak, dalam beraneka surat kabar hari ini (Kamis, 16 Februari 2012) ramai diberitakan bahwa dalam menyikapi "serbuan" buruh dan supir angkot tersebut, Walikota Surabaya memilih untuk mengabulkan keseluruhan tuntutan tersebut. yang paling membingungkan saya adalah ketika beliau memenuhi tuntutan supir angkot untuk mencabut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 dan perwalinya. kebingungan saya ini membawa pada pertanyaan penting mengenai pencabutan peraturan daerah.

Dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan diuraikan bahwa suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut oleh peraturan perundang-undangan yang setingkat ataupun yang lebih tinggi. Peraturan perundangan yang lebih tinggi pun hanya dapat mencabut peraturan perundangan di bawahnya bilamana peraturan perundangan yang lebih tinggi tersebut dimaksudkan untuk menampung kembali seluruh atau sebagian dari materi peraturan perundangan yang lebih rendah yang akan dicabut tersebut.

Peraturan Daerah merupakan produk hukum yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Untuk mencabut suatu peraturan daerah maka harus melalui peraturan daerah yang pembentukannya harus disetujui bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah. Pencabutan peraturan daerah secara sepihak oleh Kepala Daerah merupakan salah kaprah yang cukup fatal.Hal inilah yang menurut saya terjadi di Surabaya. Reaksi walikota terhadap demo yang serta merta mengumbar janji akan mencabut peraturan daerah tersebut sangat tidak masuk akal karena secara ketatanegaraan maupun dalam hukum administrasi beliau tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan peraturan daerah.

Entah ilmu hukum apa yang dianut beliau hingga bisa mengambil keputusan sepihak tersebut..

Selasa, 14 Februari 2012

Jadilah KehendakMu

Dalam renungan yang saya baca, hati saya terperosok cukup dalam ketika membaca :
  "Tuhan tidak menjebloskan manusia ke neraka. Para pemberontak yang akhirnya berada di neraka memilih untuk tinggal di sana."

Sungguh kalimat ini membuat saya berpikir ulang dan sangat keras mengenai kehidupan dimana saya berada. Saya percaya keberadaan surga dan neraka. Iman saya menyatakan bahwa jalan kebenaran dan hidup hanyalah Yesus. Saya penganut iman kristiani. Dan justru hal itulah yg membuat saya kembali berpikir. Iman yang saya anuti ini apakah telah menjelma dalam pola tingkah saya. Apakah saya termasuk dalam lingkup manusia yg memberontak dan memilih tinggal dalam neraka? 

Kata-kata selanjutnya yang tak kalah menampar adalah ungkapan C.S. Lewis : "Pada akhirnya akan ada dua macam orang: orang-orang yang berkata kepada Tuhan, 'Jadilah kehendak-Mu, ' dan orang-orang yang kepadanya Tuhan berkata, 'Jadilah kehendakmu.'"

Aaahh..mengerikan..sungguh mengerikan jika Tuhan sampai mengatakan hal itu. 
Saya adalah si kepala batu dlm keluarga. Segala larangan dan aturan yang difatwakan papa akan saya mentahkan dan hampir selalu saya langgar. Pernah suatu kali saya dilarang untuk pergi bersama teman2 rekreasi ke pantai. Papa dan mama melarang saya sehingga saya murka dan merajuk. Jika mengingatnya sungguhlah saya malu.. Ketika sudah bosan mereka melarang (dan telah menyampaikan alasan yg padahal sangat masuk akal) namun selalu mendapat respon oposisi dari si kepala batu maka mereka berkata "terserah, lakukanlah kehendakmu."
Pada titik itu saya selalu akan diam dan menyerah. Karena ketika mereka megatakan hal itu menandakan kesedihan akibat penolakan saya atas perhatian yg mereka berikan.

Pengalaman itu serupa dg peringatan C.S.Lewis. Ketika kita manusia selalu berjibaku dan melawan kehendak Tuhan maka akan ada titik dimana Tuhan berkata "jadilah kehendakmu". Apa jadinya kita tanpa Tuhan. Sebagaimana pikiran saya ketika kecil (bahkan hingga skrg) apa jadinya saya tanpa orang tua.

Penolakan-penolakan kita atas perhatian dan kasih sayang Tuhan akan membawa kita dalam kesendirian menjalani kehidupan. Tanpa sandaran jiwa, tanpa problem solver, dan yang lebih fatal "Tanpa Harapan".
Saya ingat..ketika berdoa seringkali sukar untuk mengucapkan "jadilah kehendakMu atas hidupku". Sungguh. Karena ketika saya mengucapkan itu maka saya harus siap menanggalkan keinginan saya. Ada rasa takut kehendak Allah tidak sejalan dengan kehendak saya. Sehingga selalu saya menyisipkan kalimat "jika boleh, bersepakatlah dengan kehendakku Tuhan".
Hahahah..saya tau..itu kalimat bodoh. Saya akui..saya memang masih harus belajar banyak tentang makna berserah..berserah pada Tuhan.

Sungguh Tuhan..jadilah kehendakMu atasku..

Senin, 13 Februari 2012

dunia yang bergolak

ketika dirimu merasa kehidupan tidak lagi berpihak padamu
tetaplah berpihak pada kehidupan
toh malam ini bintang akan muncul
jikapun tidak dan hujan turun deras, esok matahari akan bersinar
walaupun ia enggan, masih ada udara yang memenuhi rongga parumu

kerisauan yang menghampiri itu wajar
menjadi tidak wajar jika ia menguasai jiwa
punya Allah yang hidup.. itulah kekuatan saya

Minggu, 12 Februari 2012

Ritme yang Dia Taklukkan

Dia memilih duduk diam di tepi kasur.
Rokok kemarin malam yang belum habis terhisap disulutnya kembali.
Aromanya menyengat bagi para kontra rokok. Namun dengan itulah dia menenangkan isi otaknya.

Pertengkaran kemarin cukup hebat. Hingga pagi ini Dia terbangun sendiri.
Tidurnya tanpa mimpi. Dia bertekad untuk tidak bermimpi sebelum impian dasarnya tercapai.
Telah lama Dia memendamnya. Berharap dan meyakinkan diri bahwa pilihannya akan mendukung impian Dia.
Salah. Kesalahan besar.
dia hanya menginginkan sebuah keluarga. kehidupan tenang. pemasukan yang dapat dipastikan. dan merancang pengeluaran agar mudah dikontrol. Dia menganggap hal itu bukan impian. Bagi Dia itu hanya kegilaan. Kegilaan adalah menyerahkan hidup pada ritme. bagi Dia manusia memiliki hak dasar mengatur ritme. untuk perbedaan itulah mereka bertengkar. Yah..kesunyian antara Dia dan dia meledak malam itu.

"Kopimu" sodor dia.
Dia hanya bergeming, menyesap dalam rokoknya yang telah ganti baru.
Mereka pun bergelut dalam kesunyian.
"Pagi ini aku pergi." cetus Dia
"Mengapa?"
"Ada ritme yang harus kuatur. Mimpiku diluar sana."
"Dan aku tidak dapat menjadi bagian dari mimpimu?"
"Entah..mungkin bisa. Namun lebih baik tidak. Aku tidak menawarkan rutinitas, kepastian. Kau akan mati gila karenanya. Seperti aku akan mati gila dalam keteraturanmu."
"Pergilah kalau begitu. Kau tahu dimana aku ketika telah lelah. Kapanpun itu."

Dia beranjak, meraih gitar dan kotak rokok terakhirnya. 
Dia pergi dalam sunyi. Baginya lebih baik tanpa perpisahan. Toh mereka tetap berada dalam dunia yang sama, hanya menempuh jalan berbeda.


Perbedaan tidak masalah.
Namun menjadi masalah ketika kita menyeragamkan perbedaan itu. terutama kepada orang lain.
Tidak ada kegilaan, hanya perbedaan saja yang ada.

Jangan takut atas kegilaanmu..perbedaanmu maksudku.

Kamis, 09 Februari 2012

Memimpikan Kehadiran Voedselbank

+ Hoe gaat het met je?
-  aahh.. goed..goed.. En met jou?
+ prima.
-  wat schrijf je verhaal ?
+ aahh.. ik schrijf voedselbank. ik vind voedselbank is goed idee. Ze moet heefen dat.

===========================================================

Sesuatu yang berbau Belanda membuat saya merasa penasaran. saya penasaran bagaimana cara negeri itu bisa menguasai bangsa Indonesia sebegitu lamanya. kemungkinan yang terpikirkan oleh saya adalah saat itu bangsa Belanda sedemikian pintarnya baik dalam ilmu maupun strategi atau bangsa Indonesia sebegitu bodohnya. whatever, nyatanya Indonesia mantan jajahan Belanda.

kenyataan itu tidak lantas membuat saya benci Belanda..hohoho..justru saya menyimpan impian menginjakkan kaki dan menelusuri negara sungai itu. Impian saya adalah memasang  foto diri dengan background plang "Mohammad Hatta Straat" di semua akun jejaring sosial saya. Ambooii..someday i'll have that pic.

keusikan hati pada "Belanda" menggelitik saya untuk menelusuri negara tersebut walau masih di dunia maya. Hal menarik yang saya dapatkan adalah Voedselbank.



Voedselbank merupakan lembaga penampung makanan yang didanai oleh pemerintah Belanda. Lembaga ini berdiri sejak tahun 2002. Sistem kerja Voedselbank sangat menarik, dimana voedselbank menampung makanan-makanan yang tidak laku untuk nantinya dibagikan kepada masyarakat dengan tingkat perekonomian rendah terutama yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Ide voedselbank ini lahir pada tahun 1984 di Perancis yang kemudian diadopsi oleh beberapa negara Uni Eropa bahkan di Belanda telah terdapat 8 voedselbank yang besar. Voedselbank menggandeng foodstore maupun supermarket untuk menyumbangkan makanannya yang tidak laku untuk ditampung di voedselbank dan disalurkan kepada masyarakat. Seperti diuraikan dalam artikel yang saya baca, ide voedselbank berangkat dari kenyataan banyaknya pemusnahan makanan yang hampir kadaluarsa. Di Belanda sendiri terdapat kebijakan mengenai pemusnahan makanan dimana makanan wajib dimusnahkan dalam tempo 2 bulan sebelum masa kadaluarsa. Hal ini memunculkan pemikiran banyaknya makanan yang mubazir sehingga akan lebih bermanfaat jika makanan tersebut dibagikan kepada masyarakat tidak mampu sebelum masa berlakunya habis.

Memang fakta ini menimbulkan pertanyaan, setidaknya pertanyaan dalam benak saya, mengenai kemiskinan di Belanda. Banyak artikel-artikel yang membahas tentang ini namun selama ini dalam bayangan saya kemiskinan di Belanda tidak cukup hebat seperti di Indonesia karena Pemerintah Belanda merupakan pemerintahan yang sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini terbukti dari kebijakan-kebijakannya yang menyediakan jaminan sosial bagi masyarakat tuna karya (baca : pengangguran), sesuatu yang tidak ada di Indonesia.

Jenjang kesejahteraan di Belanda timbul akibat adanya perubahan mata uang yang berlaku yaitu dari Golden beralih ke Euro. Nilai tukar mata uang Golden yang jauh lebih rendah dibandingkan Euro mengakibatkan terjadi lonjakan kemiskinan di Belanda.


Kemiskinan di Indonesia

untuk menyadari kehadiran kemiskinan di Indonesia hampir bisa dikatakan tidak perlu data survey dari lembaga manapun karena kehadirannya cukup mencolok mata. Kecuali kita tinggal di perumahan2 mewah, kita dapat menyaksikan kemiskinan dimana-mana. walaupun saya belum pernah melihat langsung di Belanda, dapatlah kita katakan perbedaan mendasar mengenai kemiskinan di Indonesia dan Belanda, yaitu tidak ada perhatian pemerintah terhadap kemiskinan. bahkan kepala negaranya sibuk mengingkari kemiskinan dengan menyodorkan pada media angka-angka statistik yang menunjukkan kemiskinan di Indonesia menurun. aahh..omong kosong besar.. jika memang angka kemiskinan menurun, mengapa masih banyak anak tak sekolah, banyak masyarakat yang mengidap penyakit rendah gizi, ada kelaparan, ada histeria kemiskinan yang memicu perilaku suicide, kesehatan yang terlantar, tuna wisma yang tersebar, bahkan angka pengangguran yang tetap saja menunjukkan angka fantastis. bukankan pengangguran berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat?
pemimpin Indonesia saat ini lebih sibuk mengurusi rumah tangganya, seakan lupa bahwa ada rakyat yang perlu disejahterakan.

saya memimpikan kehadiran Voedselbank di Indonesia. memang kehadirannya bukan menjadi solusi atas mengenyahkan kemiskinan namun setidaknya keberadaannya dapat menjadi angin penyejuk, penyambung hidup bagi masyarakat kelas bawah. sementara itu pengentasan kemiskinan harus tetap menjadi PR Prioritas pemimpin negeri. Membayangkan keberadaan voedselbank dapat sedikit memberikan rongga untuk bernafas bagi masyarakat.
Alangkah bergunanya para pemimpin bangsa itu jika dapat menghadirkan voedselbank, membentuk suatu kebijakan dimana pengusaha-pengusaha makanan (terutama perusahaan besar) wajib menjadi donatur tetap dalam voedselbank. tentunya makanan-makanan tersebut tetap harus melewati prosedur pengecekan agar  kualitas makanan yang disumbangkan tetap terkontrol. sehingga jangan sampai "sumbangan" tersebut justru menjadi sarana membuang "sampah".


Note :
Gambar diambil dari http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/07/427/belanda_sejahtera__fenomena_si_kaya__quot_penduduk_quot__si_miskin.html

Senin, 06 Februari 2012

going 25 th : collect my courage

i always walk in my step and in my mind.
listening is something hard to do
i almost never listen anyone, except my father.
he is my weakness.
what he said, will be my word. since i was just a little tiny girl.
that's why i love him very much because i always become his little tiny girl. Yes..until now.

and now..
i'm growing up..in the real meaning..
i'm going 25 th.
the way to be there is not easy. i have a lot of worries, cries, hostility, disappoinments, and many thing about life. of course i see happiness and lot of laughing in my journey

here
i am standing
try to look back. see my past, remember my journey.
i found a lot of colours.
that is not bad for me. i love it.
i love my journey.
specially him..i love him..


and now i collect my courage
prepare my self to welcome my 25th.
i have waiting for this so long.. 24 years..hahha..
need more courage to face my 25th.
i have one big box of plan in there..

i know, Lord..
i do not worry. upss..i worry, Lord. however..i just my father little tiny girl.
thay's why i must collect my courage. i know You will be there. likes my father and mother who never let me alone face this world.
just keep me, Lord.. keep me from wrong way, keep me from give up..

Thank You for last year, last week, yesterday, today, tommorow, and also big thanks for my "going to 25th"
i enjoy it..